Minggu, 27 Juni 2021

Menggumam Kepada Waktu


Welcome to Sukorejo.” Apa kalian sudah melihat video dokumenter ini? Pasti sudahlah ya. Video ini menggambarkan suasana BAJA (Balik Jama'ah) yang sempat viral di media sosial beberapa saat yang lalu. Suasana pondok sudah terngiang-ngiang di benak santri ketika kata “balik” bertengger di pelupuk mata. Kalau hati jangan ditanya lagi, antara ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata serta rasa yang tak mungkin terejawantahkan melalui sikap. Tapi gapura kebanggaan pondok pesantren Salafiyah Syafi'iyah sudah siap menyambut para santri. Jika kemarin-kemarinnya kita hanya menonton videonya, sekarang hal itu sudah bertransformasi menjadi realita kehidupan. Pijakan kaki pertama sudah dilalui di bumi seribu berkah yang akan menghadirkan sejuta kisah di dalamnya.

Kondisi kehidupan tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun kemarin. Masih dalam momen pandemi covid-19. Meski demikian santri sangat antusias untuk kembali ke pondok tepat waktu. “Mondhuk Entar Ngabdhih Ben Ngajih”. Sebuah pesan dari murobbi yang harus kita jadikan niat utama ketika di pondok. Masa lalu yang selalu menghantui para santri ketika berada di rumah terkadang mengajak nafsu untuk bersedih, dan sering kali hal itu mengundang rasa tidak kerasan. Entah apa yang membuat mereka tidak kerasan. Mungkinkah mereka rindu dengan chattingan atau rindu dengan orang tua. Atau rindu dengan si dia, tapi dia siapa?

Oleh karena itu, jangan sampai niat awal kita balik ke pondok menyimpang hanya karena satu ujian itu. Sadarlah, pada saatnya, kita akan memetik buah dari perjuangan selama berada di pondok. Jangan sampai lantaran tidak kerasan, malah mencari cara untuk kabur dari pondok. Astaghfirullah…. Adegan tidak untuk ditiru!

“Perjuangan itu butuh pengorbanan. Kalau tidak mau berkorban, jangan berjuang!”

Kurang lebih seperti itu kalam K.H.R. As'ad Syamsul Arifin yang harus kita tanamkan dengan mental kokoh. Seperti yang dicontohkan murabbi kita dalam mempertahankan keutuhan negara dari berbagai agresi militer kolonial. Tugas kita saat ini ialah meneladani perjuangan beliau, karena kitalah yang akan melanjutkan itu semua. Salah satunya ialah ikut serta dalam menjaga nama baik pondok pesantren Salafiyah Syafi'iyah dengan berakhlakul karimah pada siapa saja serta tidak melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Sebagai santri, kita tidak boleh minder meski berpenampilan sederhana saat bertemu dengan teman sebaya yang sekolah atau kuliah di luar dan memiliki penampilan modis (fashionable). Namun kemampuan berpikir kita harus mampu bersaing atau bahkan melebihi mereka yang memiliki kebebasan penuh. Kalian juga layak bahagia kawan, tapi tidak untuk sekarang. Hal yang harus kita jalani dengan sungguh-sungguh saat ini adalah mengabdi dengan tulus dan ikhlas, serta mengaji dengan giat dan istikamah. Jangan sampai tugas mulia kita di pondok hanya digunakan untuk bersenang-senang, terlebih lagi melanggar. Ingat! Kalian sedang mengemban amanah penting yang tidak semua orang bisa menjalaninya. Mereka enggak bakal kuat, biar kita saja!

Eh, maaf hampir lupa, dear sahabat-sahabatku santri baru yang datang dengan semangat membara, tapi terkadang rasa tidak kerasan membabi buta, kami ucapkan selamat datang di pondok pesantren Salafiyah Syafi'iyah. Baik yang dari desa, kota, juga yang berasal dari negara tetangga. Hari ini, kalian pasti merasakan sesuatu yang berbeda, hidup jauh dari orang tua, dan rela meninggalkan berbagai kenyamanan yang ada di rumah. Tapi kalian tidak sendiri kawan, kita semua sama, ingat pesan ayah dan bunda sebelum mengantarmu mondok dengan riuh tangis bahagia. Bersyukurlah karena kita ditakdirkan menjadi santri di tengah perkembangan zaman yang makin edan, di mana generasi mudanya sudah makin kolot moral dan akhlaknya karena digerus arus globalisasi.

Oleh karena itu kita dimondokkan dengan harapan bisa menjadi insan yang lebih baik dengan tempaan keilmuan dan budi pekerti. Sungguh beruntung bukan? Kesimpulannya, kalian tidak perlu khawatir akan itu semua, yang paling penting, kalian harus jalani kehidupan dengan baik. Tidak perlu mendengarkan perkataan orang yang tidak suka dengan kalian. Selama itu benar, teruskan saja. Selamat kembali ke pondok dan selamat datang untuk santri baru. Kobarkan semangat kalian demi tercapainya cita-cita yang sehaluan dengan agama dan bangsa.

 

Rahul N Dul, redaktur pelaksana buletin Al-khidmah

0 Komentar: