Barangkali,
begitulah setidaknya para pujangga mendefinisikan cinta. Namun, inti dari cinta
adalah landasan segalanya. Begitulah isi maqolah Syekh Muhammad Sholeh
Al-Utsamin: "landasan segala dari maha segala adalah mahabbah".
Bagi
para pemuda-pemudi, cinta mungkin merupakan hal primer dalam kamus hidupnya.
Entah cinta kepada harta, tahta, ataupun wanita. Namun, tak banyak dari mereka
yang terjerumus ke dalam lembah cinta. Sejatinya terjerumus ini bukan karena
cintanya. Namun, karena salah dalam memahami mahabbah. Sehingga menjadi wajar jika cinta harta malah berakhir di
penjara. Cinta tahta malah membuat diri celaka. Cinta wanita justru membuatnya
hamil sebelum waktunya.
Cinta?
Apa itu cinta? Di tulisan ini saya bukan hendak mendefinisikan sebuah cinta.
Karena saya pun sadar hingga kini belum tahu apa makna cinta. Namun, seenggaknya cinta adalah hal baik dan
pasti mempunyai maksud sangat baik. Begitulah kesimpulan dari beberapa artikel
yang pernah saya baca.
Oleh
Ibnu Qayyim Al-jauziyah, sang pakar cinta, cinta dibagi menjadi empat macam.
Pertama,
Mahabbatullah, yaitu cinta kepada Allah.
Cinta
kepada Allah adalah hal yang wajib, sebagai bentuk perwujudan dari iman dan mengesakan
Allah. Mencintai Allah dengan sebenar-benarnya cinta sungguh sangatlah sulit.
Meski banyak dari kita mengaku cinta kepada-Nya, tapi itu tak lebih karena
mengikuti orangtua kita yang juga mengaku cinta kepada Allah. Banyak dari para
sufi yang telah mencapai maqam ini seperti Syekh Siti Jenar, Syekh Abdul Qadir
Jailani, Al-ghazali dan lain-lain. Untuk bisa
mencapai maqam ulama-ulama yang sudah disebutkan tadi, baca sendiri tuh
manaqib atau biografi beliau. Hehehe….
Kedua, mencintai apa
yang dicintai Allah.
Dari
cinta inilah manusia menemukan jalan menuju cahaya Islam dan keluar dari jurang
kenonislaman. Begitu setidaknya dawuh dari Ibnu Qayyim. Dalam Alquran, Allah
banyak firmankan terkait hal yang kedua ini, salah satunya seperti ayat ini:
وَأَحْسَنُوا أنَّ
اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
"Berbuat baiklah kamu, karena Allah mencintai
mereka yang berbuat baik". Dan pada ayat-ayat lainnya.
Ketiga,
cinta karena dan untuk Allah.
Di
bagian inilah yang sangat bersentuhan langsung dengan para anak muda. Sehingga
muncul jargon "cintai aku karena Allah" wa akhowatiha. Cinta pada bagian ini adalah anak dari cinta pada
bagian pertama. Pasalnya, tak mungkin kita cinta kepada sesama karena Allah
jika kita tak mencintai Allah. Oleh karenanya menjadi tamancoklah mereka yang menyatakan "cinta karena Allah"
namun dirinya sendiri tak mencintai Allah.
Nabi
bersabda, yang intinya: tiga hal yang membuat seseorang bakal merasakan
manisnya iman. Pertama cinta kepada Allah beserta Rasul-Nya, jauh dari selain
Allah dan Rasul. Kedua tidak mencintai seseorang kecuali dia mencintai Allah. Dan
ketiga benci kepada kekafiran setelah Allah mengeluarkannya. (HR. Bukhori dan Muslim).
Keempat,
mencintai Allah sekaligus mencintai apa yang Allah benci.
Inilah
cinta yang dapat menjerumuskan kepada kekufuran. Allah berfirman dalam surah
Al-Baqarah ayat 165. Lihat sendiri kalau gak
percaya. Contoh kecilnya seperti kita mengaku cinta kepada-Nya namun di lain
sisi juga cinta kepada selain Allah. Kalau dibawa pada percintaan remaja, kita
cinta satu cewek, di lain hal kita juga cinta kepada cewek lain, kan berabe.
Dari
beberapa bagian cinta di atas kamu di nomer berapa dan berapa? Hah? Cukup dulu
sampai sini karena perutku sudah memberontak supaya segera diberi makan, agar
masuk pada bagian ketiga hehehe...
Oleh Musthafa Kamal, Redaktur buletin Al-khidmah
Gambar oleh S. Hermann & F. Richter dari Pixabay
Nice
BalasHapusAku udah cinta level satu kayaknya... Wkwk
BalasHapuswkwkw, semoga bener-bener level satu ya Sob.
Hapus