Rabu, 16 Desember 2020

Kiriman Sebelum Petang




    Suasana kian ramai dengan datangnya para peziarah ke pekuburan. Suara bising mulai terdengar dari rapalan-rapalan do'a dan bacaan Al-Qur'an. Dan di sudut sana, ada seorang lelaki berpakaian rapi dengan jubah warna putih bersih sedang khusyu' memejamkan mata membayangkan wajah orang yang sudah bersemayam di dalam pusara di hadapannya. Dan biasanya, dia melakukan hal tersebut sampai menembus malam hingga waktu subuh tiba.


*****


Ctek...ctek...ctek..., pukul satu dini hari.

Dentuman jam dinding terdengar lirih di tengah-tengah suasana yang kini kian sepi nan sunyi. Hanya tersisa beberapa orang yang bisa terhitung jari. Termasuk lelaki di sudut sana, yang kesadarannya kini sudah berpindah ke alam mimpi. Dia tertidur saat tengah bermunajat.

Dalam mimpi dia melihat, bahwa seluruh penghuni pusara keluar dari dalam liangnya dengan mengenakan pakaian yang indah dan wajah yang cerah. Kemudian datanglah hidangan yang berisi aneka makanan untuk masing-masing mereka. Akan tetapi, di tengah-tengah kegembiraan mereka semua terdapat seorang pemuda yang berwajah pucat, rambutnya acak-acakan, bajunya gembel dan sedih hatinya. Dia selalu menundukkan wajah seraya menangis, dan tidak ada sedikitpun hidangan yang menghampirinya.

Bel sudah berbunyi, waktu sudah usai. Para penghuni pusara kembali lagi ke dalam liangnya dengan keadaan riang gembira. Kecuali satu orang, yang kini sedang putus asa, sedih dan susah, yaitu sang pemuda.

Lelaki yang bermimpi tersebut menghampiri sang pemuda lantaran tak tega melihatnya nelangsa lantas bertanya, “Wahai pemuda, siapakah dikau di antara mereka semua, mereka mendapatkan hidangan dan kembali dengan gembira, sedang dikau tidak?”. Pemuda itu menjawab, “Wahai Imamul Muslimin, sesungguhnya aku adalah orang asing di antara mereka. Aku tidak memiliki orang yang ingat lalu melakukan perbuatan baik dan berdo'a untukku. Sedang mereka memiliki anak-anak, kerabat dan sahabat yang kesemuanya selalu mendo'akan mereka, berbuat baik dan bersedekah setiap malam Jum'at sehingga pahala-pahala selalu mengalir kepada mereka. Sedang aku adalah seseorang yang hendak melakukan ibadah haji, dan aku memiliki ibu. Kami bermaksud pergi menuju haji. Saat memasuki kota ini, hukum Allah berjalan kepadaku. Ajal menjemputku di tengah perjalanan. Ibu menguburkanku di pekuburan ini, kemudian dia menikah lagi, lantas dia melupakanku dan tidak mengingatku dengan do'a dan sedekah. Dan sekarang aku hanyalah mayit yang putus asa lagi sedih sepanjang masa.”

Tak terasa, sudut mata si lelaki telah berlinangan air mata setelah mendengar penjelasan sang pemuda. Dia pun bertanya untuk yang kedua kalinya, “Wahai pemuda, beritahu aku, dimana tempat tinggal ibumu. Aku akan memberitahu tentang dirimu dan keadaanmu.” Seperti sedang ditimpa cahaya harapan, pemuda itu dengan antusias menjawab, “Wahai Imamul Muslimin, dia berada di perkampungan ini, dan tinggal di rumah ini. Apabila dia tidak mempercayai ucapanmu, maka katakanlah: 'Sesungguhnya di lengan bajumu terdapat beberapa keping perak warisan dari ayahnya.' Maka dia akan percaya.”


*****

Allahu Akbar Allaahu Akbar....

Adzan Subuh berkumandang, lelaki di sudut sana telah sadar dari mimpinya dan segera bangkit dari duduknya. Dia menuju masjid, berwudlu', mengerjakan sholat sunnah lalu melaksanakan sholat Subuh berjama'ah.

Setelah langit mulai menyemburatkan cahaya, lelaki itu langsung pergi mendatangi tempat yang ditunjukkan oleh sang pemuda dalam mimpi yang letaknya tidak jauh dari tempat awal dia melangkah, lalu mencari ibu sang pemuda.

Tidak beberapa lama, dia berhasil menemukannya, lalu dia memberitahunya tentang sang pemuda dan mengenai kepingan perak yang berada di dalam lengan bajunya. Brugkk.... Setelah mendengar penjelasan si lelaki, wanita itu langsung pingsan. Saat dia sadar, dia menyerahkan kepingan perak itu kepada si lelaki dan berkata, “Aku menjadikanmu wakil untuk bersedekah dengan kepingan perak ini karena anakku yang asing.” Dia pun langsung mengambilnya dan segera melaksanakan tugasnya. 

Pada malam Jum'at selanjutnya, seperti biasa si lelaki pergi berziarah ke pekuburan dan berdiam di sudut sana, merapalkan do'a-do'a, kemudian dia mengantuk dan tertidur. Dalam mimpinya itu dia melihat kejadian yang sama seperti malam Jum'at kemarin. Akan tetapi, kali ini ada yang berbeda, dia melihat sang pemuda dengan pakaian yang indah, tidak gembel lagi, wajah yang cerah-ceria, tidak pucat dan putus asa lagi, dan hatinya pun bergembira ria. Saat mereka berdua bersua, sang pemuda berkata, “Wahai Imamul Muslimin, Tsabit Al-Bunani, semoga Allah memberimu rahmat sebagaimana Dia merahmatiku.”

Dari kisah di atas, telah nyata bukti kebenaran sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya amal seseorang yang masih hidup, disodorkan kepada keluarga dan orang tua mereka yang sudah meninggal dunia. Jika amal itu baik, maka mereka memuji Allah dan bergembira, dan apabila sebaliknya, maka mereka berkata: Ya Allah, janganlah Engkau mematikan mereka sebelum Engkau memberi mereka petunjuk.” (المواعظ العصفورية: الحديث الخامس عشر

0 Komentar: