Salat witir memang tidak melulu harus dikerjakan di bulan ramadhan. Ia bisa dikerjakan kapan pun asal tahu waktu dan beberapa ketentuannya. Waktu salat witir adalah setelah melaksanakan salat isya'. Jumlah rakaatnya boleh milih, dari yang golongan “ingat Tuhan baru salat” yaitu satu rakaat, bisa ngikutin golongan “klise” yakni tiga rakaat, sampai disaturakaatkan, atau dipisah dua rakaat dulu kemudian ditutup satu rakaat. Boleh juga mau ngikut golongan “orang yang baru diputusin doinya”, jumlahnya sebelas rakaat. Tergantung kalian jawabannya.
Meski boleh dikerjakan kapan pun kamu mau. Semangat salat witir bakal tampak gawainya kalau sudah masuk bulan suci ramadan. Soalnya, kita tahu bahwa setiap setelah kita salat tarawih pasti ada salat witirnya. Entah letaknya sehabis kultum atau sebelumnya.
Eh, ngomongin tarawih, jadi keingat ada yang beda antara seremonial salat tarawih dengan salat biasanya. Kalau salat biasanya habis azan dan zikiran langsung ikamah baru salat. Kalau tarawih ada tambahannya. Ya bener! Ada nida'-nya. Nida' itu seruan alias panggilan. Dalam masalah ini, nida' yang dimaksud adalah seruan buat kalian agar salat tarawih dan witir. Gimana ya ngejelasinnya? Intinya gini deh. Pokoknya kalau ada teriakan صلو سنة الترويح ركعتين رحم كم الله الخ. Kemudian disusul sorakan dari jamaah, nah itu yang dinamakan nida'.
Kembali ke witir. Untuk masalah nida' witir, banyak orang di rumah saya, dan mungkin juga di rumahmu salah dalam melafalkannya. Biasanya, kan, gini: shollu sunnatal witri rak‘ataini rahimakumullah.. dst. Coba deh para ikhwan artikan. Nah betul! Artinya: salat witir lah kalian dua rakaat dan seterusnya.
Belum ketemu masalahnya? Ya elah. Letak masalahnya adalah witir di pelajaran bahasa Arab saya artinya ganjil. Sementara perintah dari penyeru adalah dua rakaat. Lantas bagaimana bisa ini terjadi? Seandainya kata itu bisa ngomong pasti meraka bakal bertengkar. Soalnya yang bahasa Arab maunya gini, sedang yang bahasa Indonesia maunya gitu. Masih mau jawab dengan "seruan yang seperti itu gak ditemukan di zaman nabi, jadi itu bidah"? jawaban itu udah basi lah, mas bro.
Memang, sih, kesalahan bacaan seperti itu tidak mengurangi keabsahan salat. Namun, kalau bacaan itu didengar oleh orang Arab, apa kita gak diketawain? Jadi agar tidak ada nih “MMA” antarbahasa, mari kita benahi nida' kita.
Kesimpulan yang relevan dengan maksud dan tujuannya adalah seharusnya nida' salat witir dilafalkan begini: صلو سنة الركعتين من الوتر رحم كم الله, sehingga artinya menjadi: salatlah kalian sebanyak dua rakaat yang termasuk sebagian dari witir. Dengan menjadikan huruf min-nya sebagai huruf jer yang bermakna tab'id (sebagian). Cara mengetahui min itu bermakna sebagian adalah..., udahlah nanti chat WA aja. Hehe.
Akhirnya pendek kata, suruhlah mondok mereka yang sebagian besar dari mereka masih menggunakan redaksi سنة الوتر.
Aha. Lega sudah burungku setelah mengucurkannya di blog Al-khidmah. Hehe..
Oleh Musthafa Kamal, Redaktur buletin Al-khidmah
Gambar oleh Radoan Tanvir dari Pixabay
0 Komentar: